InstaForex

Rabu, 05 Januari 2011

Retardasi Mental



A.                 Pengertian Retardasi Mental
Retardasi mental adalah kelainan ataua kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).
Pada Wikipedia (The Free Encyclopedia, 2010), dinyatakan: Mental retardation (MR) is a generalized disorder, characterized by significantly impaired cognitive functioning and deficits in two or more adaptive behaviors with onset before the age of 18. It has historically been defined as an Intelligence Quotient score under 70. The term “mental retardation” is a diagnostic term denoting the group of disconnected categories of mental functioning such as “idiot”, “imbecile”, and “moron” derived from early IQ tests, which acquired pejorative connotations in popular discourse.
     
 

Retardasi mental merupakan kelemahan yang terjadi pada fungsi intelek. Kemampuan jiwa retardasi mental gagal berkembang secara wajar. Mental, inteligensi, perasaan, dan kemauannya berada pada tingkat rendah, sehingga yang bersangkutan mengalami hambatan dalam penyesuaian diri.
Retardasi mental dapat didefinisikan sebagai keterbatasan dalam kecerdasan yang mengganggu adaptasi normal terhadap lingkungan. (retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi WHO)
Sedangkan menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental, bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
Ø            Intelektual berada dibawah normal
Ø            Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial
Ø            Gejala timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun

C.                 Klasifikasi
Untuk menentukan berat-ringannya retardasi mental, kriteria yang dipakai adalah:
1. Intelligence Quotient (IQ)
2. Kemampuan anak untuk dididik dan dilatih
3. Kemampuan sosial dan bekerja (vokasional).

Berdasarkan kriteria tersebut didapat tingkatan / klasifikasi dari Retardasi mental  (APA dan Kaplan; Sadock dan Grebb, 1994) :
1.      Ringan ( IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun)
Karakteristik :
a.             Usia presekolah tidak tampak sebagai anak RM, tetapi terlambat dalam kemampuan berjalan, bicara , makan sendiri, dll
b.            Usia sekolah, dpt melakukan ketrampilan, membaca dan aritmatik dengan pendidik khusus, diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.
c.             Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional, diperbolehkan menikah tidak dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan psikomotor tidak berpengaruh kecuali koordinasi.

2.Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 - 55; umur mental 3 - 7 tahun)
Karakteristik :
a.             Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik, terutama bicara, respon saat belajar dan perawatan diri.
b.            Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar kesehatan, perilaku aman, serta ketrampilan mulai sederhana, Tidak ada kemampuan membaca dan berhitung.
c.             Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dlm rekreasi, dapat melakukan perjalanan sendiri ke tempat yang dikenal, tidak bisa membiayai sendiri.

3.      Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun)
Karakteristik :
a.             Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik, kemampuan komunikasi sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon dalam perawatan diri tingkat dasar seperti makan.
b.            Usia sekolah, gangguan spesifik dalam kemampuan berjalan, memahami sejumlah komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis.
c.             Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu arahan berkelanjutan dan protektif lingkungan, kemampuan bicara minimal, meggunakan gerak tubuh.


4.      Sangat Berat ( IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi)
Karakteristik :
a.             Usia prasekolah retardasi mencolok, fungsi Sensorimotor minimal, butuh perawatan total.
b.            Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan, memperlihatkan respon emosional dasar, ketrampilan latihan kaki, tangan dan rahang. Butuh pengawas pribadi. Usia mental bayi muda.
c.             Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya diikuti dengan kelainan fisik. 
 
D.           Etiologi
Menurut Pedoman   Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Ke-1 (W.F. Maramis, 2005: 386-388) faktor-faktor penyebab retardasi mental adalah sebagai berikut.
a.       Infeksi dan atau intoksinasi
Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk pada perkembangan janin, yaitu rusaknya jaringan otak. Begitu juga dengan terjadinya intoksinasi, jaringan otak juga dapat rusak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi mental.
Infeksi dapat terjadi karena masuknya rubella, sifilis, toksoplasma, dll. ke  dalam tubuah ibu yang sedang mengandung. Begitu pula halnya dengan intoksinasi, karena masuknya “racun” atau obat yang semestinya dibutuhkan.
b.      Terjadinya rudapaksa dan / atau sebab fisik lain
Rudapaksa sebelum lahir serta trauma lainnya, seperti hiper radiasi, alat kontrasepsi, dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan berupa retardasi mental.
Pada waktu proses kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat mengalami tekanan sehingga timbul pendarahan di dalam otak. Mungkin juga karena terjadi kekurangan oksigen yang kemudian menyebabkan terjadinya degenerasi sel-sel korteks otak yang kelak mengakibatkan retardasi mental.
c.       Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme  (misalnya gangguan metabolism karbohidrat dan protein), gangguan pertumbuhan, dan gizi buruk termasuk dalam kelompok ini. Gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama sebelum anak berusia 4 tahun sangat mempengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan seperti itu dapat diperbaiki dengan memberikan gizi yang mencukupi sebelum anak berusia 6 tahun, sesudah itu biarpun anak tersebut dibanjiri dengan makanan yang bergizi, inteligensi yang rendah tersebut sangat sukar untuk ditingkatkan.
d.      Penyakit otak yang nyata
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, yang dapat bersifat degeneratif, radang, dst. Penyakit otak yang terjadi sejak lahir atau bayi dapat menyebabkan penderita mengalamai keterbelakangan mental.
e.       Penyakit atau pengaruh prenatal
Keadaan ini dapat diketahui sudah ada sejak dalam kandungan, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomaly cranial primer dan defek congenital yang tak diketahui sebabnya.
f.        Kelainan kromosom
Kelainan kromosom mungkin terjadi pada aspek jumlah maupun bentuknya. Kelainan pada jumlah kromosom menyebabkan sindroma down yang dulu sering disebut mongoloid.
g.       Prematuritas
Retardasi mental yang termasuk ini termasuk retrdasi mental yang berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa kehamilan kurang dari 38 minggu.
h.       Akibat gangguan jiwa yang berat
Retardasi mental juga dapat terjadi karena adanya gangguan jiwa yang berat pada masa kanak-kanak.
i.         Deprivasi psikososial
Devripasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak terpenuhinya kebutuhan psikososial awal-awal perkembangan ternyata juga dapat menyebabkan terjadinya retardasi mental pada anak.


E.            Manifestasi Klinis
a.       Gangguan kognitif ( pola, proses pikir )
b.      Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
c.       Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
d.      Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal )
e.       Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
f.        Kemungkinan tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah )
g.       Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
h.       Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar
i.         Kelainan fisik :
­             Kelainan pada mata
­             Kejang
­             Kelainan kulit
­             Kelainan rambut Kepala
­             Perawakan pendek
­             Distonia

F.            PATOFISIOLOGI
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.
  

G.           Patoflow
 
  

H.           Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium :
­             Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant development )
­             Uji perkembangan seperti DDST II
­   Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales, Woodcock-Johnson Scales of independent Behaviour, School edition of the adaptive behaviour scales ).
­   Pemeriksaan kromosom
­  Pemeriksaan urin, serum atau titer virus
Pemeriksaan Diagnostic :
­             EEG (Elektro Ensefalogram)
­             MRI (Magnetic Resonance Imaging)
­             CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan

I.              Komplikasi
a.             Serebral palcy
b.            Gangguan kejang
c.             Gangguan kejiwaan
d.            Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e.             Defisit komunikasi
f.              Konstipasi

J.             PENATALAKSANAAN MEDIS
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
a.             Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri
b.            Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi/gangguan hyperaktif.
c.             Antidepresan ( imipramin (Tofranil))
d.            Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )

Penanganan terhadap penderita retardasi mental bukan hanya tertuju pada penderita saja, melainkan juga pada orang tuanya. Mengapa demikian? Siapapun orangnya pasti memiliki beban psiko-sosial yang tidak ringan jika anaknya menderita retardasi mental, apalagi jika masuk kategori yang berat dan sangat berat. Oleh karena itu agar orang tua dapat berperan secara baik dan benar maka mereka perlu memiliki kesiapan psikologis dan teknis. Untuk itulah maka mereka perlu mendapatkan layanan konseling. Konseling dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan agar orang tua penderita mampu mengatasi bebab psiko-sosial pada dirinya terlebih dahulu.
Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesis dari orang tua dengan teliti mengenai: kehamilan, persalinan, dan pertumbuhan serta perkembangan anak. Dan bila perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.
a.             Pentingnya Pendidikan dan Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
1)      Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas yang dimiliki dengan sebaik-baiknya.
2)      Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat yang salah.
3)      Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan berkembang, sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi berkurang atau bahkan hilang.
Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari pada melatih anak normal antara lain karena perhatian penderita retardasi mental mudah terinterupsi. Untuk mengikat perhatian mereka tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan merangsang indera.
b.            Jenis-jenis Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita retardasi mental, yaitu:
1)      Latihan di rumah: belajar makan sendiri,  membersihkan badan dan berpakaian sendiri, dst.
2)      Latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap social,
3)      Latihan teknis: latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis kelamin penderita
4)      Latihan moral: latihan berupa pengenalan dan tindakan mengenai hal-hal yang baik dan buruk secara moral.

K.          Pencegahan Retardasi Mental
Terjadinya retardasi mental dapat dicegah. Pencegahan retardasi mental dapat dibedakan menjadi dua: pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
a.             Pencegahan Primer
Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan dengan:
1.      Pendidikan kesehatan pada masyarakat
2.      Perbaikan keadaan sosial-ekonomi
3.      Konseling genetik
4.      Tindakan kedokteran, antara lain:
a)            perawatan prenatal dengan baik,
b)            pertolongan persalinan yang baik, dan
c)            pencegahan kehamilan usia sangat muda dan terlalu tua.
b.      Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dan gangguan lainnya.

Adapun tindakan lain yang bisa dilakukan adalah :
a.             Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan  dan lingkungan yang merangsang pertumbuhan
b.            Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang hidup dalam kemiskinan dalam hal ini :
­             perawatan prenatal
­             pengawasan kesehatan reguler
­             pelayanan dukungan keluarga





ASUHAN KEPERAWATAN
Pd PENDERITA RETARDASI MENTAL


A.                 PENGKAJIAN
1.            Anamnesa
Mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak.
2.            Evaluasi komprehensif
Mengenai kekurangan dan kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ; komunikasi, perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.
3.            Pemeriksaan fisik :
a)            Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
b)            Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan cepat berubah
c)            Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
d)            Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke atas, dll
e)            Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi
f)              Geligi : odontogenesis yang tdk normal
g)            Telinga : keduanya letak rendah; dll
h)            Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
i)              Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
j)              Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
k)            Dada & Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit, dll




 * http://www.scribd.com/doc/29385639/ASKEP-JIWA-RETARDASI-MENTAL-RM
l)              Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
m)          Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk
4.            Pemeriksaan Diagnostik :
a)            EEG (Elektro Ensefalogram)
b)            MRI (Magnetic Resonance Imaging)
c)            CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan

B.                 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.                  Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif
2.                  Gangguan komunikasi verbal b.d. kelainan fungsi kognitif
3.                  Risiko cedera b.d. perilaku agresif ketidakseimbangan mobilitas fisik
4.                  Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi social
5.                  Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak retardasi mental
6.                  Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya kematangan perkembangan.

C.                 INTERVENSI
1.                  Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif
Kriteria Hasil :
­                   Setelah dilakukan perawatan di rumah sakit pasien dapat berkembang sesuai dengan tingkatnya
Intervensi :
­                   Kaji factor penyebab gangguan perkembangan anak
Rasional :Agar tindakan yang dilakukan lebih tepat dan akurat
­                   Indentifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang optimal
Rasional :Meningkatkan upaya perkembangan mental anak
­                   Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak
Rasional :Meningkatkan rasa percaya diri anak
­                   Manajemen perilaku anak yang sulit
Rasional :Melatih otak untuk lebih perpikir supaya otak mengalami perkembangan
­                   Berikan perawatan yang konsisten
Rasional :Agar perkembangan mental anak tidak mengalami pemberhentian atau kemunduran
                        Evaluasi :
­                   Pasien dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya
­                   Pasien kembali mempunyai rasa percaya diri

2.                  Gangguan komunikasi verbal b.d. kelainan fungsi kognitif
Kriteria Hasil :
­                   Setelah dilakukan perawatan di rumah sakit pasien dapat berkomunikasi secara baik dengan orang lain
Intervensi :
­                   Kaji tingkat penerimaan pesan klien
Rasional :Mengetahui seberapa parah gangguan komunikasi verbal pasien
­                   Tingkatkan komunikasi verbal dan stimualsi taktil
Rasional :Untuk tetap melancarkan proses pengobatan / melatih perkembangan anak
­                   Berikan instruksi berulang dan sederhana
Rasional :Agar anak bisa menerima hal apa yang akan kita sampaikan
­                   Ajarkan teknik-teknik kepada orang terdekat dan pendekatan berulang untuk meningkatkan komunikasi.
Rasional :Mempermudah berkomunikasi dengan orang lain
                        Evaluasi :
­                   Pasien dapat berkomunikasi dengan baik
­                   Pasien dapat merasa nyaman dengan cara berkomunikasinya

3.                  Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi social
Kriteria Hasil :
­                   Setelah dirawat dirumah sakit klien dapat berinteraksi secara normal dengan orang lain
­                   Setelah dirawat dirumah sakit klien dapat bersosialisasi dengan masyarakat
Intervensi :                    
­                   Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain Rasional :Meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya berhubungan dengan orang lain  
­                   Ciptakan lingkungan yang aman saat berinteraksi dengan siapapun
Rasional :Tidak merasa canggung, tegang, atau takut saat berinteraksi
­                   Bina hubungan saling percaya :  sikap terbuka dan empati, sapa klien dengan ramah, pertahankan kontak mata selama interaksi
Rasional :Meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien dengan perawat, dan mempermudah perawat untuk berinterksi dengan anak
­                   Dorong anak melakukan sosialisasi dengan orang lain
Rasional :Klien mungkin mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan dengan orang lain  
­                   Dorong klien untuk mengemukakan perasaan tentang keluarga
Rasional :Mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh klien dalam berhubungan dengan orang lain   
            Evaluasi :
­                   Klien dapat menjelaskan manfaat berhubungan dengan orang lain
­                   Klien dapat merasakan kewajaran saat berinteraksi seperti orang lain
­                   Klien dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain



4.                  Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya kematangan perkembangan.
Kriteria Hasil :
­                   Setelah dirawat di rumah sakit klien dapat melakukan perawatan diri
Intervensi :
­                   Diskusikan tentang keuntungan melakukan perawatan diri
Rasional :Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya perawatan diri
­                   Diskusikan tentang kerugian tidak melakuakn perawatan diri
Rasional :Untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri
­                   Dorong dan bantu anak melakukan perawatan sendiri
Rasional :Untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri 
­                   Beri pujian atas keberhasilan klien melakukan perawatan diri Rasional :Reinforcement positif dapat menyenangkan hati klien dan meningkatkan minat klien untuk melakukan perawatan diri
Evaluasi :
­                   Klien dapat menyebutkan keuntungan dari melakukan perawatan diri

D.                 PENDIDIKAN PADA ORANG TUA
a)                  Perkembangan anak untuk tiap tahap usia
b)                  Dukung keterlibatan orang tua dalam perawatan anak
c)                  Bimbingan antisipasi dan manajemen menghadapi perilaku anak yang sulit
d)                  Informasikan sarana pendidikan yang ada dan kelompok


PENUTUP


A.                 Kesimpulan
Ä                 Retardasi mental dapat didefinisikan sebagai keterbatasan dalam kecerdasan yang mengganggu adaptasi normal terhadap lingkungan.
Ä                 Retardasi mental menurut penyebabnya, yaitu akibat infeksi, ruda paksa, gangguan metabolisme, penyakit otak post natal, gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama sebelum umur 4 tahun, pengaruh penyakit pra natal yang tidak jelas, kelainan kromosom, prematuritas, gangguan jiwa berat, deprifasi psikososial.
Ä                 Penyebab retardasi mental dapat dimulai saat masih dalam kandungan, lahir dan sesudah lahir.
Ä                 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kasus ini :
                                             i.                        Keterlambatan perkembangan seringkali mempunyai latar belakang RM
                                           ii.                        Sebagian besar anak dengan RM tidak berbeda dengan anak-anak lain pada umumnya
                                          iii.                        RM tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dicegah dengan adanya antenatal care yang baik, persalinan yang aman dan stimulasi anak yang adekuat
                                         iv.                        Deteksi dini sangat penting, karena dengan adanya pelatihan orang tua maka outcome dari perkembangan anak selanjutnya akan lebih baik


B.                 Saran

Bagi para orang tua supaya lebih berhati-hati baik saat mengandung, melahirkan ataupun setelah anak dilahirkan. Dari etiologi yang kami jelaskan diatas apabila dipahami dengan seksama maka akan mengurangi atau menekan angka kasus ini di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar